LAPORAN SKRIPSI
PROTOTYPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN
KELUHAN MASYARAKAT DI YOGYAKARTA MEMANFAATKAN
GOOGLE FUSION TABLES API
Disusun Oleh
Nama
: Wawan Chahyo Nugroho
Nomor Mahasiswa
: 12131294
Program Studi
: Teknik Informatika
Jenjang
: Strata 1 (S1)
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER
EL RAHMA
YOGYAKARTA
2018
LAPORAN SKRIPSI
PROTOTYPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN
KELUHAN MASYARAKAT DI YOGYAKARTA MEMANFAATKAN
GOOGLE FUSION TABLES API
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Sarjana
Teknik Informatika
Disusun Oleh
Nama
: Wawan Chahyo Nugroho
Nomor Mahasiswa
: 12131294
Program Studi
: Teknik Informatika
Jenjang
: Strata 1 (S1)
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN ILMU KOMPUTER
EL RAHMA
YOGYAKARTA
2018
PROTOTYPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN
KELUHAN MASYARAKAT DI YOGYAKARTA MEMANFAATKAN
GOOGLE FUSION TABLES API
Wawan Chahyo Nugroho
Program Studi Teknik Informatika STMIK El Rahma Yogyakarta
Email: wb@bundet.com
ABSTRACT
The Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK) is a facility for the public to
convey complaint, questions, information, and suggestions for the development of
government services and infrastructure development of Yogyakarta city. But
unfortunately, the facilities provided to express complaints not following the latest
technological developments. In addition, the complaint information presented is less
comprehensive because only running text / scrolling text in the left side of the website.
This research aims to provide an update model for improving information systems
owned by UPIK by building a prototype of the Geographic Information System handling
the people complaints in Yogyakarta. Data is taken by observation, literature studies,
and documentation, and then reviewed while paying attention to the relevance and
benefit, until found a general description of the GIS prototype concept is built. Google
Fusion Tables API is a method used to visualize spatial data. This research products is
a prototype Geographic Information System (GIS) web-based and android-based called
MySIGSAG.
Keywords: GIS, Web services, Android, Google fusion tables API, Yogyakarta
ABSTRAK
Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK) merupakan fasilitas bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan, pertanyaan, informasi, usul maupun saran
guna pengembangan pelayanan pemerintah dan pembangunan kota Yogyakarta. Namun
sangat disayangkan fasilitas yang disediakan untuk mengutarakan keluhan belum
mengikuti perkembangan teknologi. Selain itu, informasi keluhan yang disajikan kurang
komprehensif karena sebatas running text / scrolling text di bilah kiri website. Penelitian
ini bertujuan menyediakan model pemutakhiran sistem informasi yang dimiliki UPIK
dengan cara membuat prototype Sistem Informasi Geografis penanganan keluhan
masyarakat Yogyakarta. Data diambil dengan cara observasi, studi leteratur, dan
dokumentasi, kemudian dikaji dengan tetap memperhatikan relevansi serta manfaatnya,
sehingga diperoleh gambaran umum konsep prototype SIG yang dibangun. Google
Fusion Tables API merupakan metode visualisasi data spasial yang digunakan.
Penelitian ini menghasilkan prototype Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web
dan mobile android dengan nama MySIGSAG.
Kata kunci: SIG, Web service, Android, Google fusion tables API, Yogyakarta
I. PENDAHULUAN
Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK) merupakan fasilitas bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan, pertanyaan, informasi, usul maupun saran
guna pengembangan pelayanan pemerintah dan pembangunan kota Yogyakarta. Salah
satu bentuk keluhan publik yang sering menjadi perhatian adalah terkait kerusakan
jalan. Fasilitas yang disediakan UPIK adalah SMS ke 08122780001, telepon/fax ke
(0274)561270, e-mail ke upik@jogjakota.go.id, mengisi formulir di
http://upik.jogjakota.go.id/ atau datang langsung ke Bagian Hubungan Masyarakat dan
Informasi Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta.
Media yang digunakan UPIK dalam menampung keluhan masyarakat masih
dinilai kurang dapat memberikan feedback yang informatif karena hanya sebatas
running text / scrolling text di bilah kiri website. Berbeda jika UPIK menggunakan
Sistem Informasi Geografis, maka data keluhan masyarakat dapat disimpan dengan baik
dan terorganisir. Selain itu, informasi yang disajikan juga lebih komprehensif karena
melibatkan multimedia, peta dan data spasial.
Dalam penelitian ini, prototype Sistem Informasi Geografis (SIG) dibuat dengan
cara memanfaatkan Google Fusion Tables API karena handal dalam menangani
penyimpanan dan visualisasi data. Selain itu dapat meminimalisir baris program yang
dibuat tanpa mengurangi esensi sebuah Sistem Informasi Geografis. Ditinjau dari faktor
LOC (Line of Code) untuk keperluan estimasi anggaran proyek, maka hal ini dapat
menghemat biaya pembuatan SIG dan secara tidak langsung dapat meningkatkan
keuntungan bisnis.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Geographical Information System (GIS) atau yang dikenal dengan Sistem
Informasi Geografis (SIG) adalah produk teknologi alat bantu yang sangat esensial di
dalam proses-proses menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
kembali kondisi alam (termasuk jaringan utilitas yang terdapat di atasnya) dengan
bantuan atribut dan spasial (Rizki et al., 2016).
Gambar 2.1 Komponen kunci SIG (Suryani et al., 2011)
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa komponen SIG terdiri dari sistem komputer,
data geospasial, dan pengguna SIG yang mengolah 2 macam data yaitu data geospasial
atau yang biasanya disebut data spasial dan data nonspasial (atribut). Pada Gambar 3.1
data atribut tidak digambarkan karena memang dalam SIG yang dipentingkan adalah
tampilan data secara spasial, walaupun sebenarnya pada SIG kadang-kadang juga
melibatkan data atribut, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suryani et al.,
2011).
2.2 Data dan Informasi Spasial
Basis data spasial sendiri merupakan kumpulan data-data yang memiliki acuan
posisi (georeference) yang tetap atau memiliki kecenderungan untuk berubah, bergerak
atau berkembang (Hamidi, 2011).
UndangUndang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial menerangkan dalam Bab 1 Pasal 1 bahwa.
1. Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi,
letak, dan posisinya.
2. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan
lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada,
atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.
3. Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data tentang lokasi
geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan
manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
4. Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah DG yang sudah diolah
sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan,
pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
ruang kebumian.
2.3 GPS
Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem radio navigasi penentuan
posisi menggunakan satelit. GPS dapat memberikan posisi suatu objek di muka bumi
dengan akurat dan cepat (koordinat tiga dimensi x, y, z) dan memberikan informasi
waktu serta kecepatan bergerak secara kontinyu di seluruh dunia (Riyanto, 2010).
Pada awalnya, ada 24 satelit MEO (Medium Earth Orbit) yang digunakan untuk
membantu melacak posisi, dengan membagi wilayah bumi menjadi 3 bagian yang
masing-masing diisi oleh 8 satelit. Dalam perkembangannya, bumi dibagi menjadi 6
bagian dengan 4 satelit melayani per wilayah. Karena mengorbit di MEO (ketinggian
rata-rata dari permukaan bumi sekitar 20.200 km), maka posisi orbit satelit kadang
berubah (bandingkan dengan GEO stationer yang berasda di 36.000 km) (Riyanto,
2010).
2.4 API
Appication Programming Interface (API) adalah sekumpulan fungsi, perintah dan
protokol yang dapat digunakan untuk menghubungkan satu aplikasi dengan aplikasi
yang lain agar dapat berinteraksi. Seiring dengan perkembangan internet, API dapat
diimplementasikan pada sisi server dan dapat digunakan oleh beberapa aplikasi yang
dapat terhubung ke server dengan menggunakan protokol tertentu. Pada protokol HTTP,
Appication Programming Interface umumnya disebut sebagai Web Appication
Programming Interface Server atau Web Service (Sena et al., 2013).
2.5 REST
Representational State Transfer yang disingkat REST merupakan salah satu jenis
arsitektur untuk penerapan web service yang menerapkan konsep perpindahan antar
state. State disini dapat digambarkan seperti peramban meminta suatu halaman situs, di
sisi server akan mengirimkan state halaman situs yang sekarang ke peramban. Navigasi
melalui URL yang disediakan sama halnya dengan mengganti state dari halaman situs.
Sama seperti REST bekerja, dengan bernavigasi melalui link HTTP untuk melakukan
aktivitas tertentu. Seakan-akan terjadi perpindahan state antara satu dengan yang lain.
Perintah HTTP yang bisa digunakan dalam REST adalah fungsi GET, POST, PUT atau
DELETE. Dalam pengaplikasiannya, REST lebih banyak digunakan pada web service
yang berorientasi data sumber daya. Sebutan untuk web service yang menerapkan
arsitektur REST adalah RESTful web service (Rahman et al., 2013).
2.6 Web Service
Web Service adalah suatu sistem perangkat lunak yang dirancang untuk
mendukung interaction and interoperability antar sistem pada suatu jaringan. Web
service digunakan sebagai suatu fasilitas yang menyediakan layanan (dalam bentuk
informasi atau data) kepada sistem lain, sehingga dapat berinteraksi dengan sistem
tersebut melalui layanan-layanan yang disediakan. Web service menyimpan data
informasi dalam format JSON atau XML, sehingga data ini dapat diakses oleh sistem
lain walaupun berbeda platform, sistem operasi, dan bahasa pemrograman (Rahman et
al., 2013).
2.7 JSON
JSON (JavaScript Object Notation) adalah format pertukaran data yang ringan,
mudah dibaca, dan ditulis oleh manusia, serta mudah diterjemahkan dan dibuat oleh
komputer. Format ini dibuat berdasarkan bagian dari bahasa pemrograman JavaScript.
JSON merupakan format teks yang tidak bergantung pada bahasa pemrograman apapun
karena menggunakan gaya bahasa yang umum seperti C, C++, C#, Java, JavaScript,
Perl, dan Python. Oleh karena sifat-sifat tersebut, menjadikan JSON ideal sebagai
bahasa pertukaran data. JSON terbuat dari dua struktur yaitu kumpulan pasangan nama
atau nilai dan daftar nilai terurutkan (an ordered list of values). Pada kebanyakan
bahasa, hal ini dinyatakan sebagai larik (array), vektor (vector), daftar (list), atau urutan
(sequence) (Rahman et al., 2013).
2.8 Javascript
Berbeda dengan php yang diproses di sisi server, javascript diproses pada
komputer client. Pemrosesannya yang dilakukan di komputer client, membuat javascript
lebih interaktif dibanding php. Peran javascript dalam membuat website adalah
memberikan efek animasi yang menarik dan interaktifitas dalam penanganan event yang
dilakukan oleh pengguna website (Abdullah, 2015).
2.9 Google Service
Ekawati dan Suharjito (2016) menyatakan bahwa Google provides the flexibility
of API utilization that can be used from other software by using key facilitated by API
Google Developer Console.
Berdasarkan pernyataan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Google
menyediakan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh perangkat lunak lainnya dengan
syarat menggunakan sebuah kunci yang telah difasiliasi oleh API Google Developer
Console.
2.10 Google Fusion Tables
Mogot dan Papilaya (2013) menyatakan bahwa Google Fusion Tables adalah
cloud based service system yang memberikan kemudahan dalam integrasi dan
pengaturan data. Proyek ini merupakan produk dari Google Inc yang diluncurkan pada
Juni 2009. Suatu data dalam organisasi tertentu akan mudah untuk diolah dan
diintegrasikan dengan service maupun fitur berbasis internet lainnya. Google Fushion
Tables memungkinkan user untuk mengunggah tabular data files (Spreadsheets, CSV,
KML) sampai 100MB. Sistemnya juga menyediakan beberapa cara penyajian data,
sebagai contoh charts, map, timelines dan memiliki kemampuan untuk menyaring data
serta melakukan fungsi agregat data. Google Fusion Tables mampu melakukan integrasi
data dari multiple sources dengan melakukan join antar tabel. User dapat menjaga
tingkat privasi data dengan pilihan hak akses yang sudah disediakan.
Gambar 2.4 Arsitektur google fusion tables (Mogot dan Papilaya, 2013)
Gambar 2.4 merupakan desain arsitektur google fusion tables yang menunjukkan
bahwa request pertama kali dapat dikirimkan oleh berbagai sumber. Sebagai contoh
sistem web yang memanfaatkan Google Fusion Tables, stand alone applications yang
memanfaatkan API atau sistem yang melakukan embedded visualisasi Google Fusion
Tables. Kemudian sistem akan melakukan generate peta digital sesuai dengan spatial
queries yang dikirimkn oleh sistem. Front end dispatcher mengubah request menjadi
perintah untuk presentasi dan menjadi query. Query inilah yang nantinya dijalankan
untuk menampilkan data sesuai request.
2.11 Google Apps Script
Google Apps Script is a coding and application development platform built into
Google Apps, enabling you to add functionality to spreadsheets, Gmail, Sites, and other
services from Google. For example, if your spreadsheet needs a menu item in the
toolbar for creating a pivot table, you can write a Google Apps Script that adds it to the
menu and performs the task. Google Apps Scripts can be created as standalone files in
Drive, inside a document or spreadsheet (these are known as container-bound), or in a
Google Site (Ferreira, 2014).
Berdasarkan pernyataan Ferreira (2014), maka dapat disimpulkan bahwa Google
Apps Script adalah sebuah platform untuk penulisan kode dan/atau pengembangan
aplikasi yang sudah menjadi bagian dari Google Apps, memungkinkan programmer
atau developer menambahkan fungsi ke spreadsheet, Gmail, Sites, dan layanan Google
lainnya. Misalnya jika spreadsheet Anda memerlukan item khusus di menu toolbar,
maka Anda dapat melakukannya dengan menuliskan program yang disesuaikan atas
class dan/atau fungsi yang tersedia dalam dokumentasi Google Apps Script.
2.12 Google Spreadsheets
Google spreadsheet atau Rinfo Spreadsheet merupakan salah satu tools yang
sudah disediakan oleh Google secara gratis, dapat diakses dimana saja dan kapan saja,
melalui handphone, tablet atau komputer bahkan ketika tidak ada koneksi internet
sekalipun (Handayani et al., 2017).
2.13 Android
Menurut John (2017) Android adalah sistem operasi seluler berbasis linux versi
tertentu yang sudah dimodifikasi. Awalnya dikembangkan oleh startup dengan nama
yang sama yaitu Android, Inc. Pada tahun 2005, sebagai bagian dari strategi untuk
memasuki ruang mobile, Google membeli Android, Inc. dan mengambil alih pekerjaan
pengembangannya (serta merekrut tim pengembang aslinya). Keuntungan utama
mengadopsi Android adalah karena ia menawarkan pendekatan terpadu untuk
pengembang aplikasi. Pengembang hanya perlu mengembangkan aplikasi untuk
Android secara umum, aplikasi mereka harus dapat berjalan di banyak perangkat mobile
berbeda yang bersistem operasi Android. Di dunia smartphone, aplikasi adalah bagian
terpenting dari rantai kesuksesan.
Menurut Meier (2010) Android code is written with Java syntax, and the core
Android libraries include most of the features from the core Java APIs. Before they can
be run, though, your projects must first be translated into Dalvik byte code. As a result,
you get the benefits of using Java while your applications have the advantage of
running on a virtual machine optimized for mobile devices.
Berdasarkan pernyataan Meier (2010), maka dapat disimpulkan bahwa kode
Android ditulis dengan sintaks Java, dan core Android libraries sudah mencakup
sebagian besar fitur dari core Java API'S. Namun, sebelum semua itu dapat dijalankan,
proyek terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam Dalvik byte code. Hasilnya berupa
manfaat penggunaan Java, yaitu aplikasi dapat dijalankan pada mesin virtual yang
dioptimalkan untuk perangkat seluler.
2.14 Android Studio
Menurut John (2017) Android Studio contains myriad features to help everyone
from the greenest novices to the most senior superstar developers. By the time you finish
this chapter, you will be able to navi- gate through the features of Android Studio with
confidence, produce code that is easy to read and easy to reuse with the help of
refactoring, save and share your code to GitHub, and use breakpoints to quickly find
problems in your applications.
Android Studio is a powerful IDE that contains many tools. In this chapter you
learned how to navi- gate the different areas of the Android Studio IDE, such as the
Project window and the Editor tabs. You also learned how to set breakpoints and
navigate through paused code.
Berdasarkan pernyataan John (2017), maka dapat disimpulkan bahwa Android
Studio berisi berbagai fitur untuk membantu developer mulai dari kelas pemula hingga
senior. Memahami fitur-fitur yang disediakan Android Studio dapat memudahkan
developer menghasilkan baris kode yang mudah dibaca, dipahami, dan digunakan
kembali dengan bantuan refactoring. Selain itu membuat percaya diri jika ingin
mempublikasikan kodenya ke GitHub.
Android Studio adalah integrated development environment (IDE) yang berisi
berbagai tools seperti Navigasi untuk menuju ke bidang lain, Project window dan Edior
tabs.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam membuat aplikasi ini, metodologi yang digunakan adalah pengumpulan
data dan perancangan sistem.
3.1 Metode Pengumpulan Data
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung laman UPIK sebagai
subyek penelitian, khususnya pada formulir keluhan dan widget pesan masyarakat.
Data dikumpulkan dengan cara mencatat daftar keluhan masyarakat yang
ditampilkan selama satu periode running text.
2. Studi literatur, yaitu mempelajari dan mengevaluasi penelitian sebelumnya dengan
tetap memperhatikan relevansi serta manfaatnya terhadap penelitian yang
dilakukan. Dokumen yang dipelajari meliputi buku, jurnal, laporan ilmiah
berkaitan dengan data dan sistem informasi geografis.
3. Dokumentasi, yaitu data keluhan masyarakat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori diantaranya infrastruktur, normatif dan teknis. Data yang telah
dikelompokan dikaji berdasarkan studi leteratur untuk mendapatkan gambaran
umum tentang konsep sistem informasi geografis yang dibangun.
3.2 Metode Perancangan Sistem
Gambar 1.1 Metode waterfall (Sasmito, 2017)
Gambar 1.1 menunjukkan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam membangun
aplikasi ini, metode yang digunakan adalah air terjun (waterfall). Waterfal adalah
metode klasik yang sistematis dan sekuensial (Sasmito, 2017). Tahapan-tahapan ini
dijelaskan lebih lengkap pada paragraf berikut.
Analisis Syarat dan Ketentuan (Requirements definition)
Mengumpulkan data apa yang dibutuhkan secara lengkap, kemudian
dianalisis guna mendefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan
dibangun. Pada penelitian ini, anaisis kebutuhan dikelompokkan menjadi.
1. Identifikasi Masalah, yaitu permasalahan yang terjadi pada UPIK dalam dalam
menangani keluhan masyarakat Jogja diantaranya perolehan data pada widget
pesan masyarakat UPIK masih mengandalkan short message service (SMS) dan
formulir di web UPIK. Informasi yang disajikan hanya berupa plain text tanpa
visualisasi yang menarik. Informasi pada laman UPIK masih sangat terbatas dan
belum menjangkau perkembangan teknologi saat ini.
2. Analisa Sistem, yaitu UPIK yang memperoleh data secara interview dengan warga
Jogja dengan cara bertemu langsung di kantor UPIK, SMS dan formulir sederhana
di web beresiko terhadap rendahnya kualitas data, disamping itu waktu, tenaga,
dan biaya yang dikerahkan menjadi kurang efisien. Informasi keluhan yang
kurang “transparan” dapat berpengaruh terhadap minat masyarakat kota Jogja
dalam berpartisipasi melaporkan keluhan.
3. Kebutuhan Data, yaitu data yang dibutuhkan dalam desain sistem informasi
geografis ini diantaranya profil instansi, informasi akun google instansi atau
pribadi atau buat baru.
4. Kebutuhan Fungsional, yaitu terdiri dari proses login untuk pengguna, proses
login untuk administrator, pengolahan data pengguna meliputi read dan insert,
pengolahan data admin meliputi read, update, dan delete, proses visualisasi data
untuk platform web, dan proses visualisasi data untuk platform android.
Sistem dan Desain Perangkat Lunak (System and software design)
Setelah apa yang dibutuhkan selesai dikumpulkan dan sudah lengkap maka desain
kemudian dikerjakan.
Pada penelitian ini, desain aplikasi dikerjakan mulai dari perancangan sistem
menggunakan Unified Modeling Language (UML), kemudian antarmuka MySIGSAG
berbasis web, dan terakhir antarmuka MySIGSAG berbasis android.
Implementasi dan Pengujian Unit (Implementation and unit testing)
Desain aplikasi diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa
pemrograman yang sudah ditentukan. Program yang dibangun langsung diuji secara
unit, apakah sudah bekerja dengan baik.
Pada penelitian ini, bahasa pemrograman yang digunakan adalah php, java,
javascript, html dan css. Sementara itu, untuk mendapatkan hasil terbaik, maka
dilakukan pengujian program secara unit dengan cara mengkloning project utama
kemudian membandingkannya. Program dengan kinerja terbaik diimplemetasikan pada
project utama.
Integrasi dan Pengujian Sistem (Integration and system testing)
Penyatuan unit-unit program untuk kemudian diuji secara keseluruhan (system
testing).
Pada penelitian ini, pengujian sistem dilakukan dengan cara kompilasi project
utama MySIGSAG berbasis android sehingga diperoleh file dengan ekstensi *apk,
kemudian menjalankannya ke perangkat mobile android oppo find 5 mini. Sementara
itu, project utama MySIGSAG berbasis web dijalankan ke penyedia hosting yang telah
ditentukan.
Operasi dan Pemeliharaan (Operation and maintenance)
Mengoperasikan program di lingkungannya dan melakukan pemeliharaan, seperti
penyesuaian atau perubahan untuk adaptasi dengan situasi yang sebenarnya.
Pada penelitian ini, MySIGSAG berbasis android dijalankan pada ruang keadaaan
yang berbeda-beda seperti di ruang terbuka, ruang padat bangunan ataupun pohon,
hingga di ruang tertutup seperti di dalam gedung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
batas maksimal MySIGSAG dapat dioperasikan.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Desain Arsitektur MySIGSAG
Gambar 4.1 Desain Arsitektur MySIGSAG
Gambar 4.1 adalah desain arsitektur MySIGSAG yang menunjukkan konsep dasar
dan cara kerja aplikasi sistem informasi geografis yang dibangun, dimana melibatkan
pengguna untuk melakukan input data atribut di lapangan, dibantu dengan GPS dan
Network Provider sehingga menjadi data spasial. Pengguna tidak berhak mengakses
langsung Google Service untuk melakukan olah data, karena itu sama halnya
menyerahkan otoritas kepada mereka. MySIGSAG berperan sebagai perantara antara
pengguna dengan layanan google untuk olah data sehingga menghasilkan informasi
yang direpresentasikan dalam bentuk chart dan marker diatas peta.
Komunikasi antar aplikasi dilakukan oleh MySIGSAG dengan Google Service.
Google Apps Script adalah tempat menuliskan berbagai macam fungsi dengan tujuan
tertentu menggunakan Javascript, termasuk fungsi yang mewakili operasi dasar CURD.
Google Apps Script dideploy sebagai web application, sehingga menjadi RESTful Web
Service. Hal ini memungkinkan MySIGSAG untuk melakukan request ke Base URL file
Apps Script tersebut menggunakan method GET dan POST melalui protokol HTTP.
Fungsi-fungsi yang mewakili operasi dasar CURD digunakan sebagai endpoint.
API beberapa layanan google perlu diaktifkan agar Google Apps Script dapat
berinteraksi dengan mereka. Google API Console merupakan control panel bagi
developer untuk mempersiapkan Kredensial yang diperlukan, termasuk membuat API
key, mengaktifkan / menonaktifkan API, dan melihat laporan statistik jumlah
permintaan (request), latency, atau error yang terjadi.
4.2 Home
Gambar 4.2 Info windows dan alert dialog MySIGSAG web
Gambar 4.3 menunjukkan antarmuka home, terdiri dari dari navigasi yang
meliputi Logo aplikasi di pojok kiri atas, menu Home yang menonjolkan informasi titik-
titik kerusakan, dipresentasikan dalam bentuk marker diatas peta dan pie chart untuk
ringkasan kalkulasi titik-titik lokasi dalam prosentase. Indikator warna pada marker dan
pie chart mencerminkan progress keluhan. Merah menerangkan status rusak, kuning
atau orange menerangkan status perbaikan atau dalam pengerjaan, dan hijau
menerangkan kasus telah “beres” diperbaiki atau ditangani.
Info window titik keluhan, yang dapat diketahui pengguna dengan cara mengklik
tiap marker yang dikehendaki. Sementara itu, alert dialog akan muncul dalam selang
waktu tertentu untuk menawarkan kepada pengguna apakah ingin mendapatkan info
terbaru dengan cara merefresh halaman web. Navigasi bar di bagian atas menyediakan
menu utama MySIGSAG mulai dari logo, Home untuk informasi utama, About untuk
deskripsi singkat aplikasi, Download untuk mengunduh aplikasi MySIGSAG berbasis
android, Contact untuk formulir kritik dan saran seputar aplikasi dan pelayanan, dan
login khusus untuk petugas yang berhak mengelola konten. Footer di bagian bawah
terdiri dari info credit di sisi kiri dan tautan sosial media di sisi kanan seperti facebook,
twitter, instagram dan youtube. Tombol (+) dan (-) di pojok kanan bawah digunakan
untuk zoom in dan zoom out tampilan peta.
4.3 Splash Screen
Gambar 4.3 Antarmuka splash screen MySIGSAG android
Gambar 4.4 menunjukkan antarmuka splash screen yaitu tampilan pertama atau
pembuka program yang muncul sebelum masuk ke menu utama. Antarmuka ini terdiri
dari tombol SSO (Single Sign On) google, artinya pengguna harus memiliki akun
google untuk dapat mengoperasikan aplikasi ini. Selain itu terdapat animasi background
seolah sedang “On the Way (OTW)” dan logo utama apliksi, ini hanya untuk menambah
nilai estetika dimata pengguna.
4.4 Halaman Utama
Gambar 4.4 Antarmuka halaman utama MySIGSAG android
Gambar 4.5 menunjukkan antarmuka halaman utama MySIGSAG android.
Halaman ini terdiri dari tombol LAPOR untuk pergi ke formulir lapor. Tombol CEK
MAP untuk mengetahui informasi dengan visualisasi diatas peta. Tombol CEK CHART
untuk mengetahui informasi dengan visualisasi pie chart. Tombol INFO mengetahui
petunjuk manual penggunaan aplikasi. Halaman ini dilengkapi dengan identitas
pengguna berupa foto, nama dan email. Identitas tersebut diambil secara otomatis pada
saat pengguna berhasil melakukan autentikasi. Tombol LOGOUT memfasiliasi
pengguna apabila ingin menghentikan aktifitas di dalam aplikasi MySIGSAG android,
sehingga mereka dikembalikan ke halaman splashscreen seperti pada Gambar 4.4.
4.5 Halaman Lapor
Gambar 4.5 Antarmuka lapor MySIGSAG android
Gambar 4.6 menunjukkan antarmuka halaman Lapor Kasus, diawali dengan
dialog yang mengingatkan pengguna untuk mengaktifkan pengaturan lokasi. Terdapat
dua tombol pada dialog tersebut yaitu Cancel untuk membatalkan pengaturan dan
Location Settings untuk mengarahkan pengguna ke pengaturan lokasi perangkat
smartphone yang digunakan. Mengakses halaman lapor perlu mengaktifkan terlebih
dahulu pengaturan lokasi perangkat android pengguna entah itu GPS, Network atau
keduanya. Jika keduanya belum aktif maka akan ditampilkan alert dialog yang
mengarahkan pengguna ke pengaturan tersebut. Jika pengguna membatalkan pengaturan
lokasi, maka form validation berlaku.
Gambar 4.6 Form validation lapor MySIGSAG android
Gambar 4.7 menunjukkan form validation lapor bekerja, ditandai dengan
peringatan berupa blink text “Belum ada foto! yang artinya bidang foto harus dipenuhi,
dan tanda seru di lingkaran merah yang ketika diklik akan muncul pop up keterangan
agar mengisi field isian, baik Nama maupun Keterangan. Sementara kotak merah
mengindikasikan bahwa pengaturan lokasi belum diaktifkan, secara otomatis info
Longitude, Latitude dan Address juga kosong atau berstatus loading. Lapor Kasus” di
navigasi bar bagian atas sebagai judul halaman. Tombol dengan icon camera untuk
mengarahkan pengguna ke aplikasi foto bawaan smartphone pengguna. Tombol dengan
icon segitiga untuk mengirimkan formulir ke server google services. Field nama untuk
isian nama pengguna. Field keterangan untuk isian deskripsi keluhan pengguna.
Longitude untuk menampilkan informasi garis bujur yang dihasilkan device GPS.
Latitude untuk menampilkan informasi garis lintang yang dihasilkan device GPS. Icon
satelit dan kotak dibawahnya sebagai indikator untuk menampilkan jumlah satelit yang
dapat diakses oleh device GPS perangkat smartphone pengguna.
Gambar 4.7 GPS aktif di halaman lapor MySIGSAG android
Gambar 4.8 menunjukkan pengaturan lokasi telah diaktifkan ditandai dengan
indikator satelit berwarna hijau. Saat pengguna mengaktifkan GPS, maka indikator
berwarna hijau disertai dengan jumlah satelit dapat “ditangkap” dan diakses oleh
smartphone pengguna. Aturan main untuk mendapatkan posisi fix dua dimensi adalah
minimal 3 satelit, jika kurang dari 3 maka indikator satelit berwarna merah sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 4.6, dan jika terpenuhi maka berwarna hijau. Hasilnya adalah
berupa informasi alamat (Address) disertai titik koordinat pada Longitude dan Latitude.
Latitude untuk menampilkan informasi garis lintang yang dihasilkan device GPS. Icon
satelit dan kotak dibawahnya sebagai indikator untuk menampilkan jumlah satelit yang
dapat diakses oleh device GPS perangkat smartphone pengguna.
Gambar 4.8 Network aktif di halaman lapor MySIGSAG android
Gambar 4.8 menunjukkan pengaturan lokasi telah diaktifkan ditandai dengan
indikator satelit berwarna jingga. Saat pengguna mengaktifkan Network, maka indikator
satelit berwarna jingga disertai dengan tulisan “NET” yang menerangkan network.
Tidak ada maksud lain dalam warna ini kecuali hanya untuk membedakan dengan GPS
provider. Hasilnya adalah berupa informasi alamat (Address) disertai titik koordinat
pada Longitude dan Latitude. Longitude untuk menampilkan informasi garis bujur yang
dihasilkan device Network Provider. Latitude untuk menampilkan informasi garis
lintang yang dihasilkan device Network Provider. Icon satelit dan kotak dibawahnya
sebagai indikator untuk menampilkan status pengaturan lokasi sebagai “NET” artinya
Network Provider.
4.6 Halaman Cek Map
Gambar 4.9 Halaman map MySIGSAG android
Gambar 4.10 menunjukkan antarmuka halaman Pantau Kasus yang menonjolkan
informasi titik-titik kerusakan, dipresentasikan dalam bentuk marker diatas peta digital.
Info window titik tersebut dapat diketahui pengguna dengan cara mengklik tiap marker
yang dikehendaki. “Pantau Kasus di navigasi bar bagian atas sebagai judul halaman.
Tombol Map dan Satellite di pojok kiri atas digunakan untuk merubah mode tampilan
peta digital, mode map peta untuk tampilan vector atau mode satellite untuk tampilan
citra satellite atau potret real satellite. Marker berwarna merah menandakan bahwa
kasus atau titik keluhan atau titik kerusakan belum teratasi atau belum tersentuh oleh
pemerintah kota Jogja. Marker berwarna kuning menandakan bahwa kasus atau titik
keluhan atau titik kerusakan dalam proses perbaikan atau pengerjaan oleh pemerintah
kota Jogja. Marker berwarna hijau menandakan bahwa kasus atau titik keluhan atau titik
kerusakan sudah “beres” atau “tuntas” ditangani oleh pemerintah kota Jogja, sehingga
layak dioperasikan kembali. Tombol (+) dan (-) di pojok kanan bawah digunakan untuk
zoom in (memperdekat) dan zoom out (memperjauh) tampilan peta.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK) kota
Yogyakarta, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah.
1. Tercapainya pembuatan prototype sistem informasi geografis berbasis web
dengan nama MySIGSAG yang dapat menyajikan informasi keluhan masyarakat
Jogja secara komprehensif, dan dapat diakses melalui laman
https://sig.bundet.com.
2. Tercapainya pembuatan prototype sistem informasi geografis berbasis android
dengan nama MySIGSAG yang dapat menyajikan informasi keluhan masyarakat
Jogja secara komprehensif, sekaligus memfasilitasi masyarakat Jogja untuk
mengutarakan keluhannya, dan dapat “diunduh” melalui laman
https://sig.bundet.com → menu Download.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti untuk pengembangan prototype MySIGSAG
ke versi berikutnya adalah.
1. Menambahkan fitur penelusuran dari titik saat ini ke titik tujuan (tracking) pada
halaman cek map.
2. Menambahkan fitur push notifications saat terjadi perubahan informasi baik
berupa respon administrator atau laporan baru dari pengguna lain menggunakan
teknologi Firebase.
3. Membuat informasi map dan chart menjadi realtime.
4. Menambahkan fitur sosial media untuk diskusi intens seputar keluhan lalu lintas
dan angkutan jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, R. and Suharjito, 2016. API Fusion Tables and Google Maps Integration for
GIS Thematic Mapping Visualization. International Journal of Software
Engineering and its Applications, 10 (2), 7792.
Ferreira, J., 2014. Google Apps Script. 2nd ed. Sebastopol: OReilly Media, Inc.
Hamidi, 2011. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Penyebaran Dana
Bantuan Operasional Sekolah. Jurnal Masyarakat Informatika, 2 (3), 114.
Handayani, I., Kusumahati, H., and Badriah, A. N., 2017. Pemanfaatan Google
Spreadsheet Sebagai Media Pembuatan Dashboard pada Official Site iFacility di
Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA, 7 (2), 177186.
John, W., 2017. Beginning Android Programming with Android Studio. 1st ed.
Indianapolis: John Wiley & Sons, Inc.
Meier, R., 2010. Professional Android 2
TM
Application Development. Development.
Indiana: Wiley Publishing, Inc.
Mogot, T. F. and Papilaya, F. S., 2013. Perancangan dan Implementasi Website Sistem
Informasi Geografis untuk Monitoring Persebaran Titik Api Kebakaran Hutan di
Kabupaten Kotawaringin Barat Berbasis Google Maps API. Jurnal Teknik
Informatika, Fakutas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga, 623.
Rahman, M. A., Kuswardayan, I., and Hariadi, R. R., 2013. Perancangan dan
Implementasi RESTful Web Service untuk Game Sosial Food Merchant Saga pada
Perangkat Android. Jurnal Teknik POMITS, 2 (1), 25.
Rizki, S. D., Van FC, L. L., and Lisnawita, 2016. Sistem Informasi Geografis Pemetaan
Kandang Perternakan Di Kabupaten Padang Pariaman Berbasis Android. Jurnal
Teknologi Informasi & Komunikasi Digital Zone, 7 (2), 100107.
Sasmito, G. W., 2017. Penerapan Metode Waterfall Pada Desain Sistem Informasi
Geografis Industri Kabupaten Tegal. Jurnal Informatika:Jurnal Pengembangan IT
(JPIT), 2 (1), 612.
Sena, S. A., Muttaqin, A., and Setyawan, A., 2013. Perancangan dan Pembuatan
Application Interface Server untuk Arduino. Jurnal Teknik Elektro, Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya, 1 (4), 16.
Suryani, S., Sasongko, P. S., and Suharto, E., 2011. Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar Dan Menengah Di Kota Serang.
Jurnal Masyarakat Informatika, 2 (3), 3950.